Logo

Desa Sepang

Kabupaten Mamasa

Home

Profil Desa

Infografis

Listing

IDM

Berita

Belanja

PPID

Mengenal Sambu, Tenun Khas Warisan Budaya Leluhur di Mamasa

14 Oktober 2022
Ditulis oleh Administrator
Dilihat 2.553 kali

Warga Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (sulbar) memiliki tenunan khas bernama Sambu'. Kain ini merupakan warisan leluhur yang keberadaannya masih terus dipertahankan. "Ini khas Mamasa, namanya Sambu'. Sambu' atau sarung asli Mamasa, dari hasil tenun," kata salah satu penenun, Dorcas kepada wartawan, Sabtu (27/8/2022).

 

Proses menenun Sambu' dapat dijumpai pada sejumlah tempat di daerah ini. Salah satunya di Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Messawa, Mamasa.

Proses menenun Sambu' yang dilakukan secara tradisional ditampilkan pada kegiatan Tondok Bakaru Village Festival 2022. Para pengunjung mendapat kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan penenun, termasuk mencoba menenun Sambu'.

 

Menurut Dorcas, menenun Sambu' umumnya dilakukan kaum wanita atau para ibu rumah tangga yang oleh warga setempat dikenal dengan sebutan Indo'. Keahlian menenun telah diwariskan nenek moyang mereka secara turun temurun. "Biasanya yang jadi penenun itu adalah kaum wanita, umumnya para ibu rumah tangga," ungkap wanita berusia 41 tahun itu.

 

Dorcas menuturkan setidaknya ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses menenun Sambu'. Mulai dari proses penyusunan benang hingga memberi motif. "Mulai dari penentuan warna, kemudian sampang atau ma'sampang yaitu menyusun benang, kemudian masuk proses penenunan, lalu ma'sungki atau pemberian motif," terangnya.

 

Diakui Dorcas untuk menenun selembar Sambu' membutuhkan waktu sekira 5 hari hingga sepekan, tergantung jenis Sambu yang akan dibuat. Ukuran Sambu' untuk lelaki lebih panjang daripada Sambu' untuk perempuan. "Kalau untuk Sambu' perempuan kalau ditekuni terus pengerjaannya bisa 3 sampai 4 hari, sedangkan Sambu' lelaki kalau ditekuni terus bisa seminggu baru selesai," ujarnya.

 

Seiring berjalannya waktu Sambu' tidak lagi dimanfaatkan untuk sarung semata tetapi juga aneka barang bernilai lainnya, seperti baju, jas, selendang, tas hingga pernak pernik lainnya. Harga selembar Sambu' bervariasi, bisa mencapai Rp 500 ribu rupiah. Tergantung tingkat kerumitan proses pembuatannya. "Harganya bisa sampai 500 ribu rupiah perlembar. Penggunaannya bukan lagi untuk sarung saja, ada juga yang dibuat tas, selendang, celana, jas, dan lain-lain," imbuh Dorcas sembari menunjukkan salah satu tas berbahan Sambu'. Tenun Sambu' memiliki ciri khas lebih tebal dibanding tenunan pada umumnya. Motifnya didominasi garis vertikal berwarna warni.

 

Salah satu penggiat seni, wisata dan budaya Mamasa, Benyamin Paotonan menyebut beberapa jenis sambu dengan ciri khas masing-masing. "Sambu' bembe dasar putih, Sambu' barumbun berwarna-warni tanpa dasar putih, sedangkan sambu' pa'lak dasar putih dengan corak yang mendominasi," sebutnya.

 

Benyamin juga menyebut, Sambu' Bembe memiliki tingkatan paling tinggi, umumnya digunakan para bangsawan. "Sambu' bembe yang dasar putih, merupakan Sambu tertinggi dalam tatanan masyarakat Mamasa, biasanya untuk bangsawan," ungkapnya.

Dijelaskan Benyamin, Sambu' khas Mamasa didominasi tiga warna, di antaranya hitam, merah dan putih dengan fungsinya masing-masing. "Sambu' warna hitam biasanya dipakai untuk acara kedukaan, warna merah untuk pesta adat, sedangkan warna putih biasanya dipakai para bangsawan," ujar Benyamin.

 

Bagi warga Mamasa, menenun Sambu' bukan sekedar profesi untuk menambah penghasilan, namun juga sebagai upaya untuk mempertahankan warisan leluhur, serta menjadi ciri khas yang menunjukkan identitas warga setempat.

 

 

Bagikan:

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Logo

Desa Sepang

Kecamatan Messawa

Kabupaten Mamasa

Provinsi Sulawesi Barat

© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia